Mapala Bisa Berpolitik....??

 oleh : araya sagarmatha


Mapala adalah organisasi non-politik. Setiap Organisasi Mapala pasti menganut paham tersebut yang kalo dilihat secara mendalam seolah - olah merupakan sebuah idealisme yang sangat tinggi namun di sisi lain merupakan idealisme yang kaku (bahkan gagal, ha..ha..ha..). Dunia politik bagi seorang Mapala yang juga adalah mahasiswa bisa dibilang sebagai dunia yang menjijikkan, penuh dengan sampah, dan tidak layak untuk dimasuki. Dunia politik berada jauh diluar konteks Mapala dan tidak layak untuk disebut, hukumnya haram. Seorang Mapala, atau organisasi Mapala yang telah terlibat dengan dunia politik bisa divonis sebagai Mapala yang tercemar, Mapala yang tidak murni lagi, dan bukan Mapala lagi. Kegiatan apapun yang sedikit saja bersinggungan dengan politik maka akan berefek buruk bagi Mapala tersebut. This is a fact, no doubt about it !!
Mari kita berbicara tentang Mapala dan politik. Kata politik telah digunakan dalam makna yang luas untuk berbagai kaitan bidang-bidang kehidupan lainnya, misalnya secara horisontal terdapat istilah politik ekonomi, politik hukum, politik pendidikan, politik perdagangan, politik internasional, dan lain sebagainya. Sedangkan secara vertikal terdapat istilah politik diri, politik keluarga, politik dakwah, politik negara dan politik dunia. Pada kenyataannya seluruh pembahasan politik tersebut di atas sangat berkaitan satu sama lain sehingga sukar untuk dipisahkan secara diametral. Dalam konteks ini politik adalah seni pemerintahan dan pengendalian negara, ia adalah kekuatan atau kemampuan untuk mencapai apa yang diinginkan. Politik merupakan sebuah sistem yang menjadi motor bagi terjadinya kebijakan - kebijakan negara. Dalam politik juga berlaku hukum rimba. Dari politik inilah akan dihasilkan aturan - aturan tentang berbagai hal. Some question about that, siapakah yang menyebabkan inflasi? siapa yang menyebabkan krisis moneter negara ini? siapa yang menyebabkan tingkat korupsi di Indonesia termasuk dalam 5 besar di Dunia? siapa yang menyebabkan komunisme, marxisme, leninisme, dan kawan-kawannya menjadi momok menyeramkan bagi rakyat kita? siapa yang menyebabkan rakyat kita menderita dalam garis kemiskinan di tengah kekayaan negeri ini (sebuah paradoks. Teringat ketika masih duduk di bangku SD dan mendengarkan cerita Ibu Guru tentang Indonesia yang kaya raya, terletak di katulistiwa hingga dijuluki jamrud katulistiwa, hutannya sangat luas, hasil alamnya sangat banyak, dan presidennya dijuluki Bapak Pembangunan --> Fuck Off !! Nyatanya kita tidak pernah tahu hasil tambang kita meluap kemana, hasil laut kita dicuri siapa, dan tiba - tiba dikagetkan pembakaran hutan oleh pengusaha yang memiliki HPH dari pemerintah) ? siapa yang menyebabkan masyrakat adat kehilangan tempat tinggalnya gara - gara tanahnya dijadikan hak milik negara sebagai hutan lindung atau taman nasional? siapa yang menyebabkan Sumber Daya Alam kita dieksploitasi habis-habisan demi keuntungan negara lain? siapa yang menyebabkan hancurnya lingkungan hidup karena lemahnya aturan tentang hukum lingkungan? siapa yang menyebabkan Mapala harus tunduk pada retorika kampus sebagai perpanjangan tangan politik para penguasa? dan siapakah yang menyebabkan kita, Mapala, harus menangis melihat alam yang kita cintai perlahan-lahan dijamah, diperkosa, dan dihancurkan oleh para kapitalis dunia? jawabannya bermacam - macam. Namun bila kita cerdas, jeli, dan kita runtut dari awal maka penyebabnya adalah sebuah ilmu yang dianut oleh negara, sebuah sistem yang merupakan salah satu disiplin ilmu manusia, sebuah instrumen yang bernama : POLITIK.
Politik telah merasuki seluruh elemen kehidupan kita, mengatur keseharian kita, dan membuat kita sebagai Mapala menjadi anti politik. Namun sayangnya ada yang menafsirkan politik tidak bisa dikaitkan dengan Mapala karena itu bisa menjadi bakteri, virus bagi kehidupan Mapala tanpa ada pemikiran mendalam, sebuah kajian kenapa Mapala tidak boleh berpolitik? sebuah jawaban yang simple, logis, bisa diterima, namun disisi lain sangat konyol pun keluar, "AD/ART menyebutkan bahwa Mapala adalah organisasi non-politik. Titik.". Secara tidak sadar hal ini menyebabkan kita menjadi apatis terhadap isu - isu politik, termasuk yang menyangkut lingkungan dan mengikis secara perlahan sikap kritis kita terhadap kebijakan - kebijakan negara yang mempengaruhi kehidupan kita dan berdampak negatif. Minus. Perlahan - lahan politik mulai memasuki dunia kita tanpa kita sadari, menggerogoti lingkungan kita, memaksa kita untuk tunduk kepadanya, dan akhirnya menjadikan kita sebagai bonekanya, sekali lagi, tanpa kita sadari. Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengkritisi apa yang telah menjadi paham kita bersama, hanya sekedar berkata kepada diri sendiri, bahwa rasa cinta alam, rasa cinta lingkungan, dan rasa cinta terhadap sesama tidak perlu dibatasi oleh apa pun selama kita bertujuan untuk mewujudkan visi dan misi seorang pecinta alam : Kelestarian Alam....

Komentar

  1. Mapala tidak anti politik, mungkin terjemahan dalam AD/ART, "Mapala organisasi non-politik" bahwa Mapala (Sagarmatha) bukanlah organisasi yang berafiliasi dengan partai politik tertentu.
    Bisa dibedah kembali penafsiran ini....

    salam
    iben Biawak

    BalasHapus
  2. sebelum kita membahas terlalu jauh mengenai hal ini coba mari lh kita sama2 pahami apa itu politik..??? manifesto politik yang sesunggunya itu bukan yang terjadi di zaman sekarang hanya orang2 yang punya kepentingan pribadi saja yang menjalankan politik di jalur yang salah..jadi menurut saya bukan berarti kita tidak mw ikut terlibat di dalam dunia politik tapi cobalah kita mulai dari diri kita untuk menjalankan secara benar..ada kan yang namanya politik praktis kita gunakan lh metode itu kita satukan dengan kekuatan kita yang cenderung peduli akan hal-hal yang berbau sosial...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer